Dalam dunia pendidikan, seorang guru seringkali dihadapkan pada beragam tantangan karena setiap murid memiliki latar belakang, pengalaman, dan kebutuhan yang unik. Beberapa anak mungkin tumbuh dalam keluarga yang mapan dan penuh cinta, sementara yang lain menghadapi keterbatasan dalam kehidupan mereka. Anak-anak dari latar belakang yang sulit ini seringkali mengalami kesulitan dalam membangun kepercayaan diri, kurangnya motivasi, kesulitan dalam disiplin, bahkan cenderung mencari perhatian dengan cara yang membuat masalah. Tantangan ini memerlukan pendekatan khusus dan penuh kasih sayang dari seorang guru.
Najelaa Shihab, seorang praktisi pendidikan dan pendiri Yayasan Guru Belajar, menjelaskan bahwa anak-anak dengan latar belakang seperti ini membutuhkan pendekatan yang memberdayakan. “Pendekatan utama adalah memberdayakan mereka. Pengalaman di kelas dan sekolah harus memberikan mereka kesempatan untuk membuat pilihan, merasa didengarkan, memiliki lingkungan yang aman, dan nyaman,” kata Najelaa di Kemendikbud.
Anak-anak dengan latar belakang sulit seperti ini seringkali tidak mendapatkan hal-hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mungkin jarang didengarkan dan mengalami pola pengasuhan yang penuh tekanan atau bahkan kekerasan. Najelaa menekankan bahwa pendekatan ini sejatinya melibatkan upaya untuk mengembalikan aspek kemanusiaan dalam interaksi dengan anak-anak, tanpa memandang usia mereka.
Dalam konteks anak-anak yang menghadapi keterbatasan, perasaan utama yang mereka alami adalah ketidakberdayaan. Ini terasa lebih berat bagi mereka karena mereka belum memiliki pengalaman untuk mengatasi masa-masa sulit tersebut, yang pada gilirannya dapat mengurangi kepercayaan diri mereka. “Anak-anak yang paling membutuhkan kasih sayang seringkali mengejar kasih sayang dengan cara yang mungkin terlihat mengganggu, karena mereka tidak tahu cara lain, tidak memiliki pengalaman, dan tidak merasa aman. Oleh karena itu, mereka seringkali menjadi tantangan terbesar bagi para guru mereka,” jelas Najelaa.
Dalam menghadapi anak-anak seperti ini, seorang guru perlu memiliki kesabaran ekstra dan memahami bahwa meskipun anak-anak itu mungkin menolak, mereka sebenarnya sangat membutuhkan kasih sayang. Perilaku menutup diri mereka tidak selalu bermakna bahwa mereka tidak ingin menjalin hubungan emosional dengan guru, tetapi lebih karena mereka membawa pengalaman traumatis atau tekanan dari masa lalu. Oleh karena itu, konsistensi dalam menunjukkan sikap positif, memberikan dukungan, dan kasih sayang adalah kunci untuk membangun hubungan yang kuat dan berarti dengan mereka.
Satu komentar positif atau satu tindakan yang mendukung dalam satu peristiwa dapat menjadi kenangan yang membantu mereka melewati masa sulit. Dengan memberikan kasih sayang dan dukungan yang konsisten, seorang guru dapat membantu anak-anak ini merasa dihargai dan terinspirasi untuk menghadapi kehidupan dengan semangat.