Jakarta, 3 Januari 2024 – Inflasi tahunan Indonesia pada tahun 2023 mencapai angka rendah sebesar 2,61 persen, mencatat prestasi sebagai yang terendah dalam dua dekade terakhir. Dalam konteks ini, dengan suku bunga BI Rate yang saat ini bertengger di angka 6 persen, prospek penurunan bunga pada tahun 2024 semakin nyata.
Potensi Keuntungan Obligasi di Tahun 2024
Apakah ini berarti bahwa tahun 2024 akan menjadi momentum untuk obligasi? Dengan dasar teori bahwa penurunan suku bunga akan meningkatkan harga obligasi, muncul pandangan optimis bahwa tahun mendatang bisa menjadi periode gemilang bagi obligasi dan reksa dana pendapatan tetap.
Dari segi teknis, obligasi dengan jangka waktu lebih panjang diperkirakan akan lebih mendapat keuntungan. Sementara obligasi korporasi umumnya memiliki jangka waktu 3-5 tahun, obligasi pemerintah mencapai 20-30 tahun. Oleh karena itu, dampak kenaikan harga ini diyakini akan lebih terasa pada obligasi negara dan reksa dana dengan komposisi dominan pada obligasi negara.
Realitas di Balik Teori
Meski prediksi suku bunga yang menguntungkan obligasi telah muncul sejak tahun 2023, kenyataannya suku bunga BI Rate justru mengalami kenaikan pada tahun tersebut. Meskipun inflasi menunjukkan penurunan dan telah mencapai target pemerintah, pernyataan “higher for longer” oleh Bank Sentral AS pada September 2023 membuat harga obligasi dan kinerja reksa dana pendapatan tetap merosot.
Tidak hanya obligasi, sentimen negatif juga melanda pasar saham. Namun, pada November dan Desember 2023, harga obligasi kembali mengalami rally, meskipun hanya dalam dua bulan terakhir. Kenaikan yang cepat membawa kinerja hingga akhir tahun kembali positif.
Proyeksi 2024
Mengingat pengalaman tahun sebelumnya, untuk tahun 2024, dampak inflasi rendah dan suku bunga BI Rate yang dapat diturunkan terhadap harga obligasi harus diperhitungkan bersamaan dengan pengaruh kebijakan AS. Perubahan kebijakan atau pernyataan hawkish dari AS dapat memicu koreksi tajam di pasar keuangan Indonesia.