Menu

Mode Gelap

Berita · 3 Jan 2024 14:58 WIB ·

Inflasi Rendah, Tahun 2024 Potensial Jadi Masa Emas bagi Obligasi


					Inflasi Rendah, Tahun 2024 Potensial Jadi Masa Emas bagi Obligasi Perbesar

Jakarta, 3 Januari 2024 – Inflasi tahunan Indonesia pada tahun 2023 mencapai angka rendah sebesar 2,61 persen, mencatat prestasi sebagai yang terendah dalam dua dekade terakhir. Dalam konteks ini, dengan suku bunga BI Rate yang saat ini bertengger di angka 6 persen, prospek penurunan bunga pada tahun 2024 semakin nyata.

Potensi Keuntungan Obligasi di Tahun 2024

Apakah ini berarti bahwa tahun 2024 akan menjadi momentum untuk obligasi? Dengan dasar teori bahwa penurunan suku bunga akan meningkatkan harga obligasi, muncul pandangan optimis bahwa tahun mendatang bisa menjadi periode gemilang bagi obligasi dan reksa dana pendapatan tetap.

Dari segi teknis, obligasi dengan jangka waktu lebih panjang diperkirakan akan lebih mendapat keuntungan. Sementara obligasi korporasi umumnya memiliki jangka waktu 3-5 tahun, obligasi pemerintah mencapai 20-30 tahun. Oleh karena itu, dampak kenaikan harga ini diyakini akan lebih terasa pada obligasi negara dan reksa dana dengan komposisi dominan pada obligasi negara.

Realitas di Balik Teori

Meski prediksi suku bunga yang menguntungkan obligasi telah muncul sejak tahun 2023, kenyataannya suku bunga BI Rate justru mengalami kenaikan pada tahun tersebut. Meskipun inflasi menunjukkan penurunan dan telah mencapai target pemerintah, pernyataan “higher for longer” oleh Bank Sentral AS pada September 2023 membuat harga obligasi dan kinerja reksa dana pendapatan tetap merosot.

Tidak hanya obligasi, sentimen negatif juga melanda pasar saham. Namun, pada November dan Desember 2023, harga obligasi kembali mengalami rally, meskipun hanya dalam dua bulan terakhir. Kenaikan yang cepat membawa kinerja hingga akhir tahun kembali positif.

Proyeksi 2024

Mengingat pengalaman tahun sebelumnya, untuk tahun 2024, dampak inflasi rendah dan suku bunga BI Rate yang dapat diturunkan terhadap harga obligasi harus diperhitungkan bersamaan dengan pengaruh kebijakan AS. Perubahan kebijakan atau pernyataan hawkish dari AS dapat memicu koreksi tajam di pasar keuangan Indonesia.

Artikel ini telah dibaca 7 kali

badge-check

Penulis

Leave a Reply

Baca Lainnya

Berkah Tabarukan Haul Aulia & Sesepuh Desa Gunungpring Tahun 2024

23 November 2024 - 21:12 WIB

Herindra Calon Kepala BIN, Putra Magelang dengan Rekam Jejak Militer yang Gemilang

16 October 2024 - 19:04 WIB

Magelang dan Jateng Bersinergi Luncurkan Kampung KB Peduli Perempuan dan Anak di Sukomakmur

16 October 2024 - 17:30 WIB

Kebakaran Hutan di Lereng Gunung Sumbing, Petugas Mulai Lakukan Penyisiran

16 October 2024 - 14:42 WIB

Pelantikan Pimpinan DPRD Magelang 2024-2029: Sinergi dan Gotong Royong Jadi Kunci

16 October 2024 - 14:00 WIB

Harapan Mahfud MD untuk Prabowo: Kuatkan KPK demi Pemerintahan Bersih

16 October 2024 - 10:10 WIB

Trending di Berita