Menu

Mode Gelap

Berita · 15 Oct 2024 11:28 WIB ·

Badai Matahari Kuat Ciptakan Aurora Indah, Waspadai Gangguan Komunikasi dan Listrik


					Badai Matahari Kuat Ciptakan Aurora Indah, Waspadai Gangguan Komunikasi dan Listrik Perbesar

Aurora yang memancarkan warna-warni indah terlihat di beberapa wilayah Amerika Serikat (AS), termasuk Alabama dan California Utara, yang biasanya tidak mengalami fenomena tersebut. Kemunculan aurora pada Kamis (10/10) malam waktu setempat disebabkan oleh suar Matahari yang kuat dan Coronal Mass Ejection (CME) yang dilepaskan dari Matahari, sebagaimana dilaporkan oleh National Weather Service’s Space Weather Prediction Center.

Badai Matahari yang terjadi diklasifikasikan sebagai badai kategori 4 (dari skala 1 hingga 5). Menurut National Weather Service’s Space Weather Prediction Center, badai ini berpotensi mengganggu komunikasi, jaringan listrik, serta operasi satelit.

Badai ini menghantam Bumi pada pukul 11.17 ET pada Kamis (10/10) dan berlangsung hingga Jumat (11/10). Kondisi badai awalnya terpantau pada tingkat G3 (kuat) pada pukul 11.49 ET, dan kemudian meningkat menjadi G4 pada pukul 12.57 ET.

Badai Matahari ini mencapai Bumi dengan kecepatan sekitar 2,4 juta kilometer per jam, dan pertama kali terdeteksi oleh satelit Deep Space Climate Observatory dan Advanced Composition Explorer yang berada 1,6 juta kilometer dari Bumi sekitar 15 hingga 30 menit sebelum tiba.

Satelit tersebut mengukur kecepatan dan intensitas magnetik badai, ujar Shawn Dahl, koordinator layanan di Space Weather Prediction Center.

Suar Matahari yang melepaskan CME adalah ledakan gas terionisasi besar yang disebut plasma dan medan magnet dari atmosfer luar Matahari. Ketika letusan ini menuju Bumi, dampaknya menyebabkan badai geomagnetik yang mengganggu medan magnet Bumi.

“Badai geomagnetik ini dapat memengaruhi infrastruktur di orbit dekat Bumi dan di permukaan Bumi,” ungkap National Weather Service’s Space Weather Prediction Center dalam keterangannya yang dilansir CNN pada Selasa (15/10/2024).

Akibat badai tersebut, pusat cuaca luar angkasa langsung memberi peringatan kepada Badan Penanggulangan Bencana Federal (FEMA), jaringan listrik Amerika Utara, dan operator satelit untuk bersiap menghadapi potensi gangguan, terutama mengingat kesiapan untuk menghadapi Badai Milton yang sedang berlangsung.

Menurut Dahl, badai G4 sebenarnya cukup umum terjadi selama siklus Matahari. Namun, badai G5, atau badai geomagnetik ekstrem seperti yang terjadi pada 10 Mei lalu, sangat jarang terjadi. “Badai terbaru ini memiliki peluang 25% untuk mencapai kategori G5,” jelas Dahl.

Peningkatan Aktivitas Matahari

Saat Matahari mendekati puncak siklus 11 tahunnya, yang diperkirakan terjadi tahun ini, aktivitas Matahari semakin meningkat, menyebabkan suar Matahari yang lebih sering dan intens.

Meningkatnya aktivitas Matahari ini juga memunculkan aurora di sekitar kutub Bumi, yang dikenal sebagai aurora borealis (cahaya utara) dan aurora australis (cahaya selatan). Ketika partikel berenergi tinggi dari CME bertemu dengan medan magnet Bumi, partikel tersebut berinteraksi dengan gas di atmosfer sehingga menghasilkan cahaya berwarna-warni di langit.

Para ilmuwan memprediksi aurora kemungkinan besar akan terlihat di wilayah Midwest bagian bawah dan negara bagian Timur Tengah AS. Namun, belum bisa dipastikan apakah badai ini akan menimbulkan aurora global seperti yang terjadi pada badai Matahari kategori G5 pada Mei lalu. Jika badai meningkat ke level G5, aurora bisa terlihat di negara-negara bagian selatan dan wilayah lain di seluruh dunia.

“Peluang untuk melihat aurora meningkat drastis karena hari lebih cepat gelap di musim ini. Pengamat langit di AS yang menyaksikan aurora akibat badai G3 pada akhir pekan lalu dapat melihat cahaya utara hanya satu atau dua jam setelah matahari terbenam,” jelas Dahl.

Walaupun aurora ini mungkin tidak terlihat jelas dengan mata telanjang, kamera dan telepon seluler dapat menangkapnya dengan baik.

Potensi Gangguan

Para ilmuwan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengatakan mereka masih belum yakin apakah badai kali ini akan lebih parah daripada badai Mei lalu. Badai G5 terakhir yang menghantam Bumi pada tahun 2003 menyebabkan pemadaman listrik di Swedia dan merusak transformator listrik di Afrika Selatan.

Selama badai geomagnetik pada Mei, beberapa pelanggan yang menggunakan GPS untuk pertanian presisi, termasuk perusahaan traktor John Deere, mengalami gangguan. Namun, sebagian besar operator jaringan listrik dan satelit berhasil menjaga sistem mereka tetap stabil dan meminimalisir dampak arus geomagnetik.

“Badai Matahari bulan Mei menjadi salah satu badai cuaca luar angkasa yang paling berhasil diantisipasi sepanjang sejarah,” ujar Dahl.

Para ilmuwan terus memantau peningkatan aktivitas Matahari, yang dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai posisi Matahari dalam siklusnya.

Siklus Matahari sebelumnya menunjukkan beberapa badai terbesar terjadi setelah mencapai puncak. “Saat ini kita masih berada dalam fase puncak aktivitas solar maksimum. Belum pasti apakah kita sudah mencapai titik puncaknya,” ujar Dahl.

“Keputusan akhir akan datang, dan bisa jadi pada tahun ini atau awal tahun depan. Yang pasti, kita akan terus mengalami aktivitas solar selama sisa tahun ini, hingga tahun depan dan bahkan mungkin hingga awal 2026,” tutupnya.

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Berkah Tabarukan Haul Aulia & Sesepuh Desa Gunungpring Tahun 2024

23 November 2024 - 21:12 WIB

Herindra Calon Kepala BIN, Putra Magelang dengan Rekam Jejak Militer yang Gemilang

16 October 2024 - 19:04 WIB

Magelang dan Jateng Bersinergi Luncurkan Kampung KB Peduli Perempuan dan Anak di Sukomakmur

16 October 2024 - 17:30 WIB

Kebakaran Hutan di Lereng Gunung Sumbing, Petugas Mulai Lakukan Penyisiran

16 October 2024 - 14:42 WIB

Pelantikan Pimpinan DPRD Magelang 2024-2029: Sinergi dan Gotong Royong Jadi Kunci

16 October 2024 - 14:00 WIB

Harapan Mahfud MD untuk Prabowo: Kuatkan KPK demi Pemerintahan Bersih

16 October 2024 - 10:10 WIB

Trending di Berita